KEPALA DESA SEWULAN |
aenews9.com, Madiun - Desa Sewulan Kecamatan
Dagangan, Kabupaten Madiun adalah salah satu desa perdikan pada jaman dahulu.
Desa Sewulan
juga menyimpan situs sejarah cagar budaya peninggalan Kerajaan Mataram yang
masih terjaga dan terawat hingga kini, yaitu Masjid Agung KI AGENG BASYARIYAH.
Sejarah
berdirinya Desa sewulan itu juga tidak bisa dipisahkan dengan sejarah
ketokohan KYAI AGENG BESARI, Tegal Sari Ponorogo.
Menurut
Kepala Desa Sewulan, Soekarno, "sejarah Desa Sewulan ini tidak bisa
dipisahkan dengan kebesaran nama KYAI AGENG BESARI Tegalsari Ponorogo dan
KYAI AGENG BASYARIYAH. Banyak orang hanya mengenal KYAI AGENG BASARIYAH sebagai
pendiri Masjid dan Desa Sewulan.
Orang jarang
mengetahui nama kecilnya yang di ketahui hanya KYAI AGENG BASARIYAH. Bagus
Harun adalah nama beliau, putra dari Adipati Ponorogo, BOGEL KOSAMBI, beliau
mempunyai kakak bernama KYAI NURSALIM (Mbah Mantub) yang tak lain adalah mertua
dari KYAI AGENG BESARI, dan menjadi guru dari Raden Mas Bagus Harun sendiri.
Raden Mas
Bagus Harun menimba ilmu di pesantren milik Kyai Ageng Besari Tegalsari
Ponorogo.
GERBANG SEWULAN |
Pada masa
itu awal Tahun 1741 terjadi pemberontakan Raden Mas Gerendi ( Sunan Kuning)
Pangeran cucu Amangkurat III yang diangkat oleh komunitas Tionghoa yang
dipimpin Tai Wan Sui, merebut Keraton Kartasura (geger Pacianan). Pakubuwono II
Raja Keraton Kartasura melarikan diri ke Ponorogo berlindung di pesantren Kyai
Ageng Besari sekaligus meminta pertolongan dari sang Kyai.
Kyai Ageng Besari
mengutus murid kinasihnya, Raden Bagus Harun berangkat ke Kartosuro untuk
berperang merebut kembali keraton, berkat pertolongan Allah SWT Raden Bagus
Harun berhasil mengemban tugas dari sang Guru Kyai Ageng Besari.
Setelah
Keraton aman Sinuhun Pakubuwono II kembali ke kartosuro, namun keadaan keraton
sudah hancur lebur maka keraton di pindah ke daerah Sala (Surokarto).
Sekembalinya
Sinuhun Pakubuwono II dari Ponorogo, beliau menganugerahi pangkat kepada Raden
Bagus Harun, karena Biwara Bhaktinya. Sinuhun mengetahui silsilah Bagus Harun
masih keturunan Sutowijoyo, namun Bagus Harun menolak dengan halus karena dia
ke keraton mengemban tugas dari gurunya Kyai Ageng Besari.
Sinuhun pun
akhirnya menganugerahi pusaka keraton SONGSONG / PAYUNG TUNGGUL NOGO kepada
Bagus Harun (perlu di ketahui payung disini bukan payung yang biasa di jual di
pasar, namun songsong / payung kerajaan sebagai identitas pemerintahan, yang secara
tidak langsung mengisyaratkan pemberian tanah perdikan, sebagai tanah pemberian
raja). Bagus Harun pun kembali ke Tegalsari Ponorogo untuk menghadap kepada
gurunya. Pusaka pemberian dari Sinuhun PB II diaturkan kepada gurunya, namun
gurunya menolak karena merasa tidak berhak. Dan Bagus Harun lah yang berhak, karena
dia yang memadamkan pemberontakan Sunan Kuning.
GAPURA MAKAM |
Raden Bagus
Harun juga enggan menerima pusaka tersebut, karena menurutnya yang berhak
adalah gurunya. Akhirnya Kyai Ageng Besari menyuruh Bagus Harun untuk membuang
Songsong / Payung Tunggul Nogo tersebut di jembatan Sekayu (sungai besar
sebelum masuk Ponorogo) dan konon pusaka tersebut berhenti di Kedung Bang Pluwang,
Nglengkong, Sukorejo, Ponorogo.
Kemudian
Bagus Harun di perintah oleh Kyai Ageng Hasan Besari untuk berjalan menuju
utara mengembangkan syiar Islam tidak boleh berhenti sebelum 1000+ (sewu dan
lan). Terdapat banyak versi mengenai asal usul nama SEWULAN itu sendiri, ada
yang mengatakan sewu wulan (seribu bulan), ada yang mengatakan seribu hari
lebih sedikit atau sekitar 2,5 tahun, ada juga yang mengatakan Raden Bagus
Harun di beri KEKANCINGAN oleh Pakubuwono II berupa tanah 1000 wuwul / Ha untuk
ditempati di jadikan Desa untuk selama-lamanya, di bebaskan dari segala pajak
nagari untuk selama-lamanya dan di bebaskan mengatur Desanya dengan menurut
hukum yang diterapkan.
Pada tahun
1742 Desa Perdikan Sewulan berdiri dengan dipimpin oleh Bagus Harun (Kyai Ageng
Basyariyah) beserta keturunannya, dan didirikanlah masjid dan pondok oleh Kyai
Ageng Basariyah.
Pembangunan
Masjid Agung Sewulan di kerjakan langsung oleh beliau Kyai Ageng Basyariyah dan
menantu beliau, (R.Mas Muh Santri / Temenggung Alap-Alap Kuncen, Caruban, Madiun).
Sebelum membangun masjid tersebut Kyai Ageng menghendaki posisi bangunan agak
keselatan dari pengimamam dengan harapan kelak anak cucu beliau menjadi orang
alim dan soleh. Sedang menantunya (R.Muh.Santri) menghendaki letak pengimaman
sebelah utara dengan harapan kelak anak cucunya menjadi orang yang terhormat /
umaro. Akhirnya terjadi kesepakatan pengimaman masjid berada di tengah seperti
yang ada sekarang ini, dengan harapan kelak anak cucunya selain menjadi Ulama
juga Umaro.
Seperti
halnya Presiden Republik Indonesia ke -4 KH.Abdurrahman Wahid (gusdur) dan
mantan menteri Agama RI Maftuh Basyuni juga tercatat sebagai keturunan KYai
Ageng Basyariyah.
MAKAM EYANG BASYARIYAH |
Makam Kyai
Ageng Basyariyah berada di kompleks Makam Sewulan di belakang Masjid Agung
Sewulan, tepatnya di cungkup utama. Makam beliau di apit oleh putrinya (Nyai
Muhammad Santri) dan menantunya (Kyai Muhammad Santri). Ketiga makam tersebut
di naungi kain warna hijau. Tepat di depan Makam Kyai Ageng Basyariyah terdapat
songsong tiga tingkat (songsong tunggul nogo), songsong ini di hiasi dengan
sepasang naga di bawahnya.
Masih
menurut Kepala Desa Sewulan, ciri lain dari Desa Sewulan adalah dulu banyak
pengrajin kerajinan dari besi, yang pendirinya Nitikromo dari Jogjakarta dan
Nuryo, barang yang di hasilkan adalah alat-alat pertanian. Di Sewulan ini dulu
juga hidup seorang Empu bernama Mohammad Slamet keturunan Empu Suro, terangnya.
Kepala Desa
Sewulan mengungkapkan, Pimpinan Kepala Desa Perdikan Sewulan hingga tahun 1963
sebagai berikut : (1) R.Mas Bagus Harun (kyai Ageng Basyariyah / Ki Ageng
Sewulan I), (2) R.Mas Maklum Ulama, (3) R.Mas Mustaram I, (4) R.Mas Mustaram II,
(5)R.Mas Rawan, (6)R.Wiryo Ulomo,
(7)R.Mas Ichwan Ali (Kyai Ageng Sewulan VII).
Setelah
Tahun 1963, semua Desa Perdikan di Indonesia dihapus dan diganti menjadi Desa
Swasembada termasuk Sewulan. Sejak menjadi Desa Swasembada, Sewulan memiliki
kepemimpinan yang di pilih oleh rakyat. Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat
di Desa Sewulan adalah (1) Hardjomoen, (2) Badjoeri, (3) Maulana, (4)
Moch.Syamsuri, (5) Khoirul Umur, (6) Moh.Agus Alim, (7) H.Sukarno (menjabat
sekarang)
Masih
ungkapnya, "tahun 2004 melalui Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun menetapkan
Situs Perdikan Sewulan menjadi cagar budaya situs Islam tertua di Madiun.
Namun sangat
di sayangkan pihak Pemkab Madiun kurang mendukung serta memperhatikan untuk
pengembangkan Keberadaan Situs Sewulan.
Harapannya
tidak hanya nama situs Basyariyah atau Desa Sewulan yang terangkat namun
perekonomian Masyarakat Sewulan khususnya, padahal di lokasi situs Sewulan
telah menjadi agenda rutin Tahunan antara lain Jamas Pusoko di bulan Syuro dan
Grebek Maulid.(in)