Antara Logika dan Politik - .

Breaking

Cari Berita

Kamis, Februari 22, 2018

Antara Logika dan Politik



 Oleh : Agus Pujiono (aktifis dan jurnalis)

Ajang pemilihan Kepala Daerah sering di sebut pesta demokrasi rakyat, jika di dengar kata pesta rakyat memang terkesan kepentingan rakyat yang sangat vital, namun jika pesta demokrasi yang katanya hajat rakyat dengan dana Puluhan Milyard Rupiah ini di lihat dari logika kultur dan pengetahuan rakyat pada politik masih sangat jauh dikatakan pesta rakyat. 

Tak banyak rakyat yang tahu akan dampak dari hak suara mereka di TPS kelak ketika mencoblos calon pemimpinnya, kesempatan pesta rakyat tak jarang dijadikan kesempatan cari uang golongan tertentu, juga masih banyak rakyat yang enggan memilih jika tanpa uang, lalu jika hal itu masih saja terjadi sebenarnya siapa yang berpesta disini ?, Rakyat, KPU, Partai Politik, ataukah Kandidat. 

Rata – rata tujuan para kandidat maju sebagai calon dan menganggap dirinya ingin mengabdi, ingin berbhakti, atau ingin membangun suatu daerah, tergolong konyol dan tidak bisa diterima oleh logika rakyat kecil, media sosial serta media media massa pun mendadak jadi sarana promosi orang baik dadakan atau musiman. Orang miskin dan kurang beruntung mendadak jadi sasaran untuk di sambangi, disantuni dan di publikasikan besar besaran. 

Milyaran Rupiah jadi biaya pemenangan pun seakan suatu yang biasa, lalu pertanyanya kalau para kandidat yang mau jadi pimpinan tersebut memang bertujuan membhaktikan dirinya pada daerahnya, apakah modal tersebut dikeluarkan untuk jabatan kepala daerah diyakininya sebagai wujud berbhakti, dan benar-benar mereka rela buang itu tanpa mengharapkan kembali atau untung, namun itulah adanya keadaan kita. 

Semuanya merasa mampu di bebani mimpi - mimpi rakyat, semua sangat ingin dikenal dan dikagumi, dan sebelumnya mereka tidak mengabdi bukankah modal pemenangan yang katanya milyardan ini bisa untuk mengabdi.

Politik memang tidak bisa di logika, pengenalan citra melalui media massa atau melalui gambar semuanya butuh modal. Dan jika jiwa mengabdi memang ada kenapa tidak dari dulu mengabdi, membangun dan mengabdi apakah hanya bisa dilakukan pemimpin, tentunya tidak. 

Waktu pencoblosan masih beberapa bulan kedepan, waktu bagi calon untuk meraih simpati rakyat masih terbuka lebar, semoga para kandidat pemimpin daerah benar - benar mengedepankan niatan mengabdi dan bukan sekedar ambisi jabatan belaka.

Beradu program yang benar - benar dibutuhkan rakyat dan mampu menjawab segala problematika ditengah rakyat, serta semoga pihak penyelenggara pesta ini mampu mengemas semua tahapan dengan baik, tidak menghamburkan uang rakyat yang jumlahnya puluhan milyard untuk benar - benar menciptakan pemimpin sesuai harapan rakyat dan kaidah peraturan perundang –undangan yang ada.