Aksara Jawa Alfabet Yang Unik - .

Breaking

Cari Berita

Rabu, Desember 04, 2019

Aksara Jawa Alfabet Yang Unik

Aksara Jawa Alfabet Yang Unik

Penulis : Yayuk Suprihayanti, S.Pd.
(Fakultas Bahasa dan Seni Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PGRI Kediri)


Aksara Jawa merupakan alfabet paling unik di dunia, aksara Jawa mempunyai dua puluh (20) jenis huruf dan mempunyai dua puluh (20) sandangan.
Kebetulan atau memang disengaja, ke empat deretan aksara Jawa memiliki filosofi yang sangat dalam.

Melambangkan perjalanan hidup manusia.
Jika dibaca : Hana Caraka akan bermakna, ada utusan.
Siapa yang dimaksud dengan utusan tersebut?
Ya, tidak lain utusan itu adalah manusia.
Berbeda dengan pendapat umum, bahwa utusan Tuhan hanya terbatas para Rasul saja, bagi orang Jawa setiap manusia adalah utusan Tuhan.
Setiap manusia berkewajiban “hamemayu hayuning bawana” menjaga kelestarian alam, memakmurkan bumi, menciptakan kedamaian & keselamatan di alam dunia.

Da-ta-sa-wa-la
Jika dibaca, Dat-a-suwala akan bermakna ”Dzat yang tidak boleh dibantah”
Siapa yang dimaksud ? Ya, tidak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan adalah, Dzat yang tidak boleh dibantah oleh manusia yang menjadi utusan-Nya.
Sehebat apa pun manusia di bumi ini, tidak ada yang akan mampu menandingi kekuasaan Tuhan.
Sekali lagi, manusia hanya bersifat sebagai utusan, bukan penguasa.
Oleh karena itu wajib untuk tunduk terhadap aturan yang sudah ditetapkan oleh Sang Pengutus, yang sering disebut dengan istilah ”kodrat/hukum karma”.
Pa-dha-ja-ya-nya
Jika dibaca, Padha Jayané akan bermakna ”sama2 unggulnya”
Siapa yang sama – sama unggul ?
Yaitu, jasmani dan rohani.
Dalam menjalankan perannya sebagai utusan Tuhan, manusia wajib menjaga keseimbangan antara urusan jasmani dan rohani.
Seorang manusia tidak dibenarkan berkarya tanpa dilandasi niat ibadah, karena bekerja tanpa ada niat ibadah hanya akan melahirkan keserakahan, yang membuatnya keluar dari tujuan hidup yang sebenarnya. Dan pastinya akan menyengsarakan utusan – utusan yang lain.
Sebaliknya, manusia juga tidak dibenarkan melakukan sembahyang saja, tanpa disertai bekerja.
Orang yang melakukan sembahyang tanpa kerja, sesungguhnya termasuk golongan – golongan orang egois.
Dia hanya mementingkan diri sendiri, dengan harapan ingin masuk surga tetapi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, termasuk keberadaan tubuhnya.
Seorang manusia sempurna (insan kamil) adalah, dia yang bisa bekerja dengan dilandasi semangat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Yang lebih menarik, orang Jawa dalam beribadah tidak mengharapkan pahala, karena semboyan hidup mereka adalah “Narima Ing Pandum”
Menerima pemberian-Nya, sekali lagi, “menerima” bukan ”mengharapkan”.

Ma-ga-ba-tha-nga.
Merupakan singkatan dari Sukma-Raga-Bathang, yang bermakna, “Ruh, Tubuh, Bangkai”.
Maksudnya adalah, kalimat ini merupakan akhir dari perjalanan manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi.
Jika roh meninggalkan tubuh, maka yang tersisa hanya tinggal bangkai nya saja.
Dalam keadaan ini, manusia sudah tidak lagi disebut manusia, karena eksistensinya telah berakhir.
Kalimat terakhir ini mengingatkan manusia, agar tidak terlalu membanggakan diri atas apa yang telah diraih. Krena jika Sang Roh pergi meninggalkan tubuhnya, maka yang tersisa hanya tinggal bangkai saja. Dan apa yang di raih semasa hidupnya akan menjadi perebutan.
Kalimat ini mengingatkan manusia, bahwa tubuh hanyalah kendaraan bagi Sang Roh dalam menjalankan perannya sebagai utusan Tuhan.
Tanpa roh, raga hanya lah bangkai yang tidak berarti.(*)