Politik Transaksional Tunai Warnai Pesta Demokrasi, Masa Depan Bangsa Di Ambang Bahaya
*oleh Agus Pujiono
Pesta demokrasi adalah sebuah proses rutin yang terjadi di negeri ini. Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia demokrasi dipilih sebagai dasar negara yang mana negara meletakkan kedaulatan sepenuhnya di tangan rakyat.
Rakyat diberi kewenangan mutlak menentukan wakil - wakilnya di Legislatif juga di ekskutif. Sistem ini di pilih semata - mata untuk kesejahteraan rakyat dan mewujudkan kemerdekaan rakyat dalam berdemokrasi.
Namun pada perjalanan waktu Demokrasi di negeri ini telah ternodai oleh praktek kapitalismme yang sangat mengancam demokrasi kita.
Berbagai faktor yang ada sangat mendukung terjadinya kapitalisasi demokrasi. Baik dari partai politik yang kurang dalam sosialisasi dan pendidikan politik kader - kadernya, para elit yang menjabat karena sebuah proses demokrasi dan tak nampak apa yang di hasilkan kinerjanya untuk konstituen, sehingga membuat kejenuhan pada rakyat dan menjadikan rakyat tak percaya pada pilhan politiknya, ditambah lagi PANWASLU yang nampak seperti hidangan pelengkap.
Kapitalisasi dalam proses demokrasi ini seakan menjadi sebuah angka wajib dan budaya yanv wajar. Seakan tak ada sebuah masalah hukum atau pelanggaran. Rakyat pun tak canggung meminta transaksi tunai baik berupa barang atau uang untuk menentukan pilihan politiknya. Bgitu pula para kandidat calon tak segan menawarkan kepada calon pemilihnya dengan iming- iming sejumlah uang ataupun barang agar dirinya dipilih. Panwaslu pun akan berdiam diri dan cukup bilang susah membuktikan praktek money politik karena sangat jarang ada laporan yang masuk kalo pun ada tidak ada saksi atau bukti yang sangat minin.2
Kondisi ini sangat ironis memang jika di antara kita tak ada tumbuh rasa ingin berubah dari kenyataan yang ada. Kita bukan tidak sadar dengan keadaan ini sebagian besar dari kita tahu bahwa ini salah dan akan jadi bom waktu di negeri ini namun kita tak mau sedikitpun berusaha berubah. Jika praktek ini terus berjalan dan dianggap sesuatu yang biasa maka bersiaplah kenyataan tak lagi kedaulatan di tangan rakyat namun akan berubah menjadi kedaulatan di tangan yang berharta.
*penulis adalah Aktivis dan Jurnalis yang tinggal di kota Magetan