AENEWS9.COM || Pacitan- “We are not getting weaks by not looks ambitious all time, sometimes we use to be flowing to pulling something”.
Kalimat tersebut, tepat menjadi penenang setiap saat saya kebingungan tentang harus menjadi siapa dan apa. Menjadikan saya terlihat sedikit lebih logis dan terkoneksi dengan ruang beserta realita di dalamnya. Hal ini yang menggerakan saya untuk mengikuti perlombaan, lebih dari sekedar ketentuan yang diwajibkan.
Setidaknya sepekan setelah diumumkannya pendaftaran keikutsertaan mulai tanggal 22-30 Agustus 2021 dan pengumuman lebih lanjut kejuaraan diumumkan pada tanggal 6 September 2021 yang diikuti oleh anggota teater yang baru dari berbagai lintas prodi (program studi) bertepatan hari peringatan Kemerdekaan Indonesia yang ke-76, UKM Teater Sentir STKIP PGRI sebagai salah satu unit kegiatan mahasiswa mengadakan kegiatan lomba cipta dan baca puisi dalam rangka menyemarakkan peringatan Merah Putih.
Kegiatan ini mengusung tema “Semangat Kemerdekaan Melalui Sinergitas Puisi”. Lomba ini dilakukan secara daring dengan mengirimkan karya berupa puisi yang secara orisinil ditulis oleh peserta lomba dan berupa dokumentasi video peserta dalam membacakan karyanya. Menjadi sebuah kelegaan ketika lomba ini diadakan dalam satu tajuk ” menulis dan membaca”. Sehingga, selain ditulis secara orisinil puisi karya penulis dapat disampaikan pula dengan pembaca orisinilnya.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal tersebut membuka kesempatan untuk menulis kembali puisi daripada hanya menguburkannya dalam coretan pribadi sekaligus melahirkan peluang tentang keresahan yang telah lama menjadi polemik tentang keadaan Indonesia saat ini dan saat sebelumnya.
“Joang 45” adalah puisi yang membawakan kisah ragu-ragu akan apa yang seharusnya ditelan dan dimuntahkan dalam bentuk aforisme. Di mana kemerdekaan yang telah agung namanya sebagai suatu bentuk independensi dari lingkaran penjajah nyatanya menguak tentang sisi yang tidak merdeka dari penajajah asing pribumi.
Diantaranya masih banyaknya golongan yang sibuk memerdekakan diri dari kemiskinan akibat tekanan dan gerakan agresif kaum borjuis yang ditindas dalam monopoli legitimasi.
Kondisi saat ini dengan adanya covid-19yang membatasi ruang gerak perekonomian utamanya kalangan bawah, para pedagang jalanan, tukang becak dan sebagainya. Atau dalam pendidikan terdapat bentuk ketidakmerdekaan tentang banyaknya plagiarisme yang seakan menjadi budaya yang menjamur dan tentu saja akan sangat merugikan mereka yang dengan sepenuh hati menciptakan karya dan ironinya mendapat hasil baik berupa karyanya terpampang dengan nama orang lain.
Namun dengan masih tersisanya kesadaran akan pentingnya Indonesia yang benar-benar merdeka, muda-mudi dengan salah satunya melalui kegiatan menulis dapat ikut bersuara dan membunuh mental “takut dengan bayangan sendiri”.
Melalui kegiatan lomba ini dengan menulis dan mengisikan tulisan itu dengan nyawa (makna), maka tanggung jawab guna mengikuti perlombaan ini dengan lebih banyaknya menjadi diri saya sendiri dan mengalir tanpa membawa emosi yang mengebu-gebu dalam mencapai target dan alih-alih fokus dengan apa yang menjadi pikiran murni menuliskan keresahan yang terjadi telah membawa pada puncak untuk memperoleh apresiasi mendapatkan kesempatan juara dalam perlombaan ini.
Semoga kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan dunia sastra terus mendapati eksistensinya lebih. Dan juga kabar bahagia ini saya persembahkan pula khususnya untuk keluarga besar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Terus menjadi cerdas, mandiri dan berkarakter !