AENEWS9.COM| Kabupatèn Madiun - Dalam rangka Peringatan haul ke-367 wafatnya Ki Ageng Anom Besari, di Taman Makam Kuncen, Caruban. Sabtu (19/2) malam diadakan pengajian Akbar dengan penceramah kyai asal Yogyakarta KH. Ahmad Muwafiq atau yang lebih akrab disapa Gus Muwafiq.
Acara Haul itu juga dihadiri Bupati Madiun, H. Ahmad Dawam Ragil Saputro atau yang biasa dipanggil Kaji Mbing beserta jajarannya, serta beberapa ulama dari sekitar Kabupaten Madiun.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Madiun menyampaikan beberapa pesan pelaksanaannya haul tidak terlepas dari protokol kesehatan utamanya masker. Penekanan tersebut, disampaikan oleh Bupati agar kegiatan sosial budaya keagamaan tetap berjalan namun tetap antisipasi prokes.
"Kulo nyuwun tetep protokol kesehatan, utamane masker, mpun niku mawon syarate (saya minta tetap patuh protokol kesehatan, terutama memakai masker, sudah itu saja syaratnya," kata bupati
Kaji Mbing sapaan Bupati Madiun menambahkan masyarakat khususnya kabupaten Madiun tidak boleh lengah dengan Covid-19. Lanjutnya, Covid 19 mempunyai dampak yang beragam mulai kesehatan, ekonomi, hingga generasi. Dirinya berharap masyarakat mampu bahu membahu dan saling peduli agar mampu segera pulih dan bangkit.
"Perlu kepedulian semua untuk menangani Covid-19," pungkas Kaji Mbing
Orang nomor satu di Kabupaten Madiun tersebut menyampaikan agar kegiatan tersebut mampu menjadi percontohan bagi masyarakat. Sehingga kegiatan sosial budaya keagamaan jalan dan tetap taat protokol kesehatan.
Dalam ceramah haul Peringatan haul ke-367 wafatnya Ki Ageng Anom Besari, Gus Muwafiq menyampaikan mengenai sejarah Kiai Ageng Anom Besari. Gus Muwafiq dikenal mempunyai kecerdasan dan wawasan yang luas tersebut diharapkan mampu membangkitkan semangat keislaman dan sejarah yang ada di Kabupaten Madiun.
Dari silsilahnya Ki Ageng Anom Besari yang memiliki gelar Raden Neda Kusuma serta Kiai Ageng Nggrabahan merupakan keturunan ke-14 dari Raden Wijaya. Kyai Ageng Anom Besari merupakan ayah dari Kyai Muhammad Hasan Besari yang makamnya ada di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo.
Ki Ageng Anom Besari mendapatkan julukan Ki Ageng Nggrabahan karena ia menyamar sebagai penjual gerabah pada saat masa jaman penjajahan Belanda. Penyamaran menjadi penjual gerabah membuatnya bebas untuk bergerak menyiarkan Agama Islam.
Kegiatan yang dilaksanakan melalui Daring dan luring tersebut mendapat antusias dari jamaah dengan takzim mendengarkan ceramah Gus Muafiq hingga acara selesai ( Iwan)