Arbaiyah Yusuf (Dokumentasi PWMU.CO)
Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur periode 2015-2022 ini mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo, Jawa Timur. Staf PWM Jawa Timur Zainal Arifin menerangkan, kondisi kesehatan Bunda Ar–sapaan akrabnya–mulai drop sehingga istirahat di rumah sejak Sabtu (11/5/2024).
“Hari Ahad (12/5/2024) baru dibawa ke rumah sakit (RS) dan diketahui kadar gulanya tinggi. Semalam sempat besuk ke RS, kondisi sudah tidak sadar dan sudah pindah ke ICU,” ujarnya.
Zaenal mengungkap, sebelumnya, Bunda Ar habis berkeliling di beberapa tempat. Yakni Yogja-Jakarta-Yogja-Salatiga-Jogja-Surabaya-Ponorogo-Sidoarjo.
Sejak 2022, Bunda Ar menjabat Wakil Ketua Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non Formal (PNF) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Sehari-harinya, wanita berdarah Ponorogo ini menjabat Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.
Pagi itu juga, sekitar pukul 2.15 WIB, jenazah diberangkatkan menggunakan ambulans menuju rumah duka di tanah kelahirannya yang terkenal dengan sebutan Rumah Peradaban Paramulia. Alamatnya di Jalan Jawa, Siwalan, Mlarak, ponorogo, Jawa Timur.
Wanita kelahiran Ponorogo, 3 Mei 1964 ini wafat di usia 60 tahun. Dari pernikahannya dengan Zainal Arifin MPdI, ia meninggalkan seorang anak, Gusti Sultan Arifin STrT.
Ia mengenyam pendidikan di TK Aisyiyah Mlarak, Desa Joresan. Lalu melanjutkan pendidikan dasar di SDN 1 Siwalan. Bunda Ar mengenyam sekolah menengah di Tarbiyatul Muallimat Ponpes Wali Songo Ngabar, Ponorogo.
Kemudian menempuh sarjana muda (BA) di Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang (1983-1986). Kemudian memperoleh gelar Dra usai menyelesaikan kuliah Pendidikan Agama Islam di fakultas yang sama (1986-1989). Ia menjalani pendidikan Pascasarjana (MA) di Master of Art McGill University, Montreal Canada (1992-1994) dengan Konsentrasi Filsafat. Adapun S3 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dermawan
Banyak kenangan baik melekat di hati Zainal yang lama bekerja dan mengenal Bunda Ar di PWM Jatim. Salah satunya yang paling berkesan menurut Zainal ialah kedermawanannya.
“Beliau seringkali pagi-pagi ke kantor PWM bersama suaminya mengantarkan nasi lengkap dengan sayur dan beraneka lauk pauk untuk sarapan kawan-kawan di kantor PWM Jatim,” jelasnya.
Bagi Zainal, Bunda Ar sosok yang luar biasa. “Tenaga dan pikirannya, semuanya diabdikan untuk persyarikatan, terlebih untuk kemajuan bidang pendidikan di Muhammadiyah,” ujarnya.
Masih terang di ingatan Zainal, saat ia pertama kali membantu Majelis Dikdasmen PWM Jatim. “Oleh beliau, saya diminta memegang keuangan Majelis,” ungkapnya.
“Beliau mengajak saya ke Bank Jatim Kantor Kas UM Surabaya. Saya dikenalkan langsung dengan pegawai yang bertugas di sana. Untuk selanjutnya, saya sendiri yang datang ke bank untuk melakukan transaksi dan perihal lainnya terkait keuangan,” kenangnya.
Ia lantas mengungkap keteladanan yang ia dapat selama bekerja dengan Bunda Ar. “Untuk persyarikatan, harus siap 1 x 24 jam, ujar Zainal.
“Pernah malam-malam telepon ke saya, beliau butuh satu berkas, akhirnya hampir jam 12 malam seingat saya, Mas Huda yang mengantarkan berkas ke rumah beliau di Permata Gedangan,” kenang pria asal Kota Pudak Gresik ini. (* dilansir dari PWMU.CO)