KLIKAENEWS.COM,Madiun-Bertempat di Pendopo Ronggo Djoemeno Caruban diselenggarakan bedah buku “Tombak Brata” karya Empu Intan Anggun Pangestu.
Kegiatan ini di selenggarakan dalam rangkaian kegiatan pameran pusaka untuk memperingati hari jadi ke-456 Kabupaten Madiun.
Ketua Pelaksana Pameran Pusaka 2024 Kabupaten Madiun, Agung Guntoro Wisnu, menjelaskan bahwa bedah buku ini merupakan hasil tesis Intan Anggun Pangestu yang diubah menjadi buku berjudul “Tombak Brata.” Dengan sedikit editan dan narasi tambahan, Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Perkerisan membantu menerbitkan buku ini agar dapat dinikmati masyarakat luas.
Agung juga menambahkan bahwa tujuan dari mengadakan pameran dan seminar seperti ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai budaya perkerisan.
“Kegiatan ini bisa menjadi rujukan bagi masyarakat untuk mendapatkan ilmu tentang perkerisan yang kadang-kadang sulit didapat. Dalam dunia non-formal, kita bisa berbicara melalui kegiatan seperti ini, ada seminar, ada workshop, dan menghargai pengalaman teman-teman yang belajar secara otodidak,” ungkapnya.
Empu Intan Anggun Pangestu selaku penulis buku "Tombak Brata" srkaligus narasumber menjelaskan bahwa buku “Tombak Brata” adalah karya pertamanya yang mengulas tentang Tombak Warangkateken. Buku ini merupakan lanjutan dari tesis S2-nya di ISI Surakarta yang menceritakan tentang Tombak Brata, diambil dari kata Hasta Brata yang berarti delapan kepemimpinan sejati. “Saya mengambil lima unsur alam yaitu bintang, matahari, api, air, dan tanah. Kelima unsur ini memiliki korelasi sebagai pedoman hidup sehari-hari,” jelas Intan.
Intan memilih tombak sebagai fokus karena selama studi, ia banyak membuat keris dan senjata tradisional. “Tombak eksistensinya sedikit meredup dibandingkan keris, sehingga saya ingin mengangkat bahwa tombak masih memiliki eksistensi yang perlu dikembangkan. Tombak memiliki bilah dan metuk yang bisa dikembangkan lagi, serta secara filosofinya merupakan simbol dari kepemimpinan seseorang,” tambahnya.
Tombak Warangkateken yang diciptakan oleh Intan memiliki bentuk unik, tidak seperti tombak pada umumnya. Tombak ini digabungkan dengan teken (alat bantu jalan) di mana bilah tombak menghadap ke bawah dan masuk ke bagian rangka bawahnya.
“Penciptaan ini terinspirasi dari beberapa orang yang menggunakan teken, sehingga saya menambahkan bilah pada tengah kayunya,” ujar Intan.
Tombak Warangkateken ini memiliki makna simbolis yang mendalam. “Air melambangkan seorang pemimpin yang mampu menjalankan tugas dengan baik, matahari sebagai petunjuk, bintang sebagai arahan yang tegas dan bijaksana, tanah yang direpresentasikan dengan bunga melati melambangkan kesucian dan keindahan, serta api yang melambangkan semangat yang selalu berkobar untuk mendidik dan memiliki laku yang baik bagi masyarakatnya,” pungkas Intan.
Hadir beberapa narasumber yakni Ari Widodo dari Universitas Negeri Surakarta (UNS), Intan Anggun Pangestu sebagai pengarang buku, Dr. Roni Wardana sebagai moderator dan Ketua Komite Skema LSP Perkerisan, serta Gus Bayu Pamungkas sebagai manager sertifikasi LSP Perkerisan.