TANGGUNG JAWAB MORAL SEBAGAI MANUSIA.
Oleh: Saiful Huda Ems.
Jakarta- Kalian boleh diam sesuka hati kalian melihat ketidak adilan, namun jika nurani kemanusiaan kalian masih hidup, haqul yakin hati kalian pasti akan menangis melihat penderitaan orang-orang lemah yang tak mendapatkan keadilan.
Kalian boleh mati-matian membela penguasa yang kalian yakini benar, namun jika nalar berpikir kalian masih hidup dan dihadapkan dengan berbagai realitas sosial, yang begitu banyak terjadi kesenjangan antara kehidupan hedonis penguasa dan rakyat kelas bawah yang hidup susah, haqul yakin kalian akan berbalik arah untuk menjadi pembela orang-orang lemah.
Sesungguhnya kemiskinan dan penderitaan masyarakat kecil itu terjadi, bukanlah karena takdir, melainkan karena adanya penguasa yang melahap hak-hak mereka, yang menempatkan amanat rakyat tidak di hati dan di pikiran mereka, melainkan di bawah nafsu kerakusan dan ketamakan hidup mereka.
Mempergunjingkan kesalahan orang memang tergolong Ghibah yang dosanya sangat besar, namun jika orang itu penguasa atau pejabat negara, yang dalam kebijakan pemerintahannya terdapat nasib jutaan rakyat yang harus diperjuangkan nasib hidupnya, maka mengkritisi mereka yang menyimpang, hukumnya adalah fardlu ain alias wajib !.
Ingat: Agama hadir tidak untuk membodohkan orang, tidak untuk menumpulkan rasa simpati dan empati terhadap penderitaan orang, melainkan justru untuk menajamkan nalar berpikir dan menghidupkan jiwa kemanusiaan manusia. Karena fakta membuktikan tidak semua manusia memiliki jiwa kemanusiaan, bahkan kadang yang dimiliki adalah jiwa kebinatangan !.
Sangatlah tidak logis dan tidak rasional, banyak rakyat yang hidupnya sangat susah karena tekanan beban ekonomi yang sangat berat, lalu kita akan membiarkan begitu saja penguasa atau para pejabat negara hidup berfoya-foya, bergelimang harta yang didapat dari hasil melahap hak-hak rakyat miskin dan tidak mendapatkan keadilan.
Demikianlah mengapa saya harus terus menerus (nyaris tiap hari) menulis opini politik dan mengkritisi penguasa, serta mengirimkan tulisan-tulisan saya itu ke para pejabat negara (para menteri/wakil menteri) serta ke tokoh-tokoh masyarakat (Ulama, Pendeta, Pastor, Bikhu, Ketum-Ketum Parpol, Advokat, Pengusaha dll.) yang saya miliki no kontak (handphone) nya.
Saya kirimkan pula tulisan-tulisan saya itu ke ratusan WA Group yang saya menjadi bagian anggotanya, saya kirimkan pula ke ratusan teman-teman jurnalis dll. Bukan berarti saya bermaksud untuk menggurui, namun sekedar berusaha untuk mengingatkan betapa kita semua, sebagai manusia yang terdidik harus bertanggung jawab terhadap keadaan bangsa dan negara ini !...(SHE).
23 Maret 2025.
Saiful Huda Ems (SHE).